Istilah judul deskriptif dan judul normatif ini saya gunakan untuk membedakan antara karya tulis (sangat) ilmiah dan karya tulis ilmiah populer. Soal munculnya istilah ‘ilmiah populer’ dalam sejarah penulisan itu akan saya bahas pada artikel lain.
Apa itu judul normatif? Judul yang mengikuti pakem penulisan ilmiah dan selalu digunakan, misalnya dalam karya kesarjanaan (skripsi, tesis, disertasi). Contohnya seperti ini:
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Batasan Masalah
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Judul bab dan subjudul semacam itu sudah menyiratkan kekakuan dan kesan monoton. Jadi, kalau judul itu juga yang ditampilkan pada KTI populer, maksud agar karya tulis mudah dipahami dan menarik tidak akan tercapai.
Judul deskriptif kebalikan dari judul normatif. Judul deskriptif langsung menyuratkan atau menyiratkan isi bab dan subbab. Gaya selingkung seperti Chicago Manual of Style juga menyarankan judul semacam itu. Berikut ini contoh judul deskriptif.
Bab 1 Kegemaran Membaca yang Sedang-Sedang Saja
1.1 Indeks Kegemaran Membaca Buku yang Mengkhawatirkan
1.2 Mengapa Masyarakat Indonesia Enggan Membaca Buku?
1.3 Membaca Buku di Kalangan Gen Z
Nah, engkau dapat bandingkan antara judul normatif dan judul deskriptif. Sangat berbeda bukan? Mana yang lebih menarik?
Satu hal lagi hindarkan penggunaan kata kerja berawal pe- dalam penulisan judul. Ganti kata kerja itu menjadi berawalan me-. Berikut ini contohnya:
Peningkatan Minat Membaca Buku menjadi Meningkatkan Minat Membaca Buku
Judul berawal pe- selain terlalu normatif, juga kurang asyik karena kurang aktif. Intinya engkau harus memiliki perbendaharaan kosakata yang memadai. Perhatikan contoh berikut ini:
Menyelisik Data Statistik
Mengulik Data Statistik
Silakan berbagi pengetahuan ini jika engkau merasakan bermanfaat. Institut Penprin akan terus mengalirkan informasi dan pengetahuan yang membuat kita insaf soal membaca, menulis, menyunting, dan menerbitkan. Salam insaf! Hanya di Penprin.