Meminjam konsep deep learning yang sedang dikampanyekan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) maka menulis buku anak juga perlu dilakukan secara berkesadaran (mindful), bermakna (meaningful), dan berkesenangan (joyful). Karena itu, menulis buku anak bukan untuk dicoba-coba, melainkan sesuatu yang perlu diseriusi.
Serius mengurusi perihal kompetensi menulis buku anak maka Institut Penprin menggelar Lokakarya Serial Menulis Buku Anak yang Bermakna pada tanggal 22 s.d. 24 Oktober 2025 secara daring. Sebanyak 10 orang peserta mengikuti lokakarya yang diselenggarakan selama tiga hari berturut-turu itu. Ada tiga sesi pembahasan, yaitu (1) menggagas cerita yang memesona; (2) menghadirkan tokoh dan unsur cerita yang mengena; dan (3) menggabungkan teks, ilustrasi, dan desain interaktif.
Cukup dengan beberapa kutipan dari penulis buku anak berikut ini, engkau akan dapat memahami konteks buku anak anak bermakna itu.
“Jika sebuah buku tidak cukup baik untuk dibaca oleh orang dewasa, buku itu juga tidak cukup baik untuk anak-anak.”– Madeleine L’Engle (penulis A Wrinkle in Time)
“Saya menolak berbohong kepada anak-anak. Saya menolak untuk tunduk pada omong kosong tentang kepolosan.”–Maurice Sendak (penulis Where the Wild Things Are)
“Menulis untuk orang dewasa itu mudah, menulis untuk anak-anak itu sulit. Anda harus tetap sederhana, namun tidak bodoh.”–Dr. Seuss (penulis The Cat in The Hat)
“Menulis untuk anak-anak berarti menciptakan dunia di mana mereka ingin tinggal. Dan dunia itu harus masuk akal, bahkan ketika penuh keajaiban.”–Astrid Lindgren (penulis Pippi Longstocking)
Menulis buku anak yang bermakna sebagaimana saya sampaikan kepada para peserta adalah membuat anak terkesan dengan bacaan dan tidak pernah melupakan apa yang mereka baca itu. Itulah kunci peningkatan daya literasi, bukan sekadar memperbanyak bahan bacaan tanpa makna dan tanpa mutu. Karena itu, konsep seperti Perjenjangan Buku mutlaklah dipahami oleh para penulis dan editor buku anak.
Saat ini Perjenjangan Buku sebagai pedoman sedang dievaluasi dan direvisi agar lebih mudah diterapkan dalam pemilihan dan penerbitan buku anak. Memang sudah saatnya Indonesia memberi perhatian terhadap produk buku anak, bukan hanya sebagai industri, melainkan juga sebagai program peningkatan daya literasi secara lebih masif, terutama menyasar siswa sekolah dasar dan menengah.
Untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan informasi terbaru seputar buku anak, Institut Penprin menyediakan akses dalam bentuk kegiatan pelatihan, webinar, dan lokakarya, termasuk diskusi di WAG Mutiara Buku (MUBU). Kami juga sedang menyiapkan konten-konten bernas di LMS Penprin.
https://lms.institutpenprin.id/