Senarai Tarif (Rate Card) Penulis/Editor

Apakah Anda sebagai penulis/editor sudah memiliki senarai tarif (rate card) untuk jasa Anda? Di artikel ini Anda dapat mengintip senarai tarif yang saya berlakukan. Kemahalan? Mahal itu relatif, ya relatif mahal.

Cara menguji seseorang yang mengaku sebagai penulis atau editor profesional adalah dengan menanyakan standar tarif/honor untuk jasa mereka. Lazimnya para profesional sudah memiliki senarai tarif (rate card) untuk bermacam pekerjaan yang mereka tawarkan dalam bermacam situasi.

Namun, jika orang itu masih ragu-ragu menyebutkan tarifnya atau malah balik bertanya: “Menurut Anda berapa saya layak dibayar?” Itu sih tidak percaya diri betul menjadi profesional. Di sisi lain, ada juga penulis/editor yang overrate alias berlebihan menentukan tarif. Urang Sunda bilang teu nalipak maneh.

Di panduan tarif semacam Writer’s Market yang diterbitkan oleh Writer’s Digest Book–sebuah imprint dari Penguin Publishing House–basis perhitungan tarif menggunakan tiga pendekatan, yaitu per jam, per proyek, dan lainnya. Kategori yang lainnya ini menggunakan perhitungan berbasis kuantitas, yaitu per kata dan per halaman serta perhitungan berbasis waktu, yaitu per hari dan per bulan.

Saya sebagai penulis dan editor selalu mendapat pertanyaan klien soal harga ini sehingga saya perlu menyiapkan rate card untuk jasa penulisan dan penyuntingan. Di sisi lain, saya pun menyiapkan senarai tarif ini untuk kegiatan mengajar dan melatih. Di Indonesia beberapa kegiatan atau program yang diselenggarakan oleh kementerian/lembaga merujuk pada standar biaya umum (SBU) dan sangat mungkin berbeda-beda kebijakannya pada setiap lembaga/institusi–termasuk cara pembayarannya.

Pengalaman kurang mengenakkan pernah saya alami ketika calon klien pelatihan menjelaskan ketentuan tarif mereka. Karena saya (waktu itu) pendidikan terakhirnya hanya S-1, tarif saya pun disesuaikan dengan lulusan S-1. Mereka tidak melihat pengalaman saya waktu itu lebih dari 25 tahun di industri penerbitan serta berbagai pengalaman profesional sebagai direktur penerbitan. Alhasil, kegiatan itu tidak jadi dilaksanakan karena saya menolak dibedakan dengan basis perhitungan pendidikan terakhir. Artinya, mereka sama sekali tidak mempertimbangkan rekognisi pembelajaran lampau yang telah saya peroleh dengan penuh suka dan duka.

Ada kasus lain yang berterima bagi saya ketika diberi honor underrate karena kondisi tertentu. Saya dapat memahami bahwa ketika sebuah PTN belum menjadi PTNBH (perguruan tinggi negeri berbadan hukum) maka tarif mereka berada di bawah tarif PTNBH. Saat itu saya dibayar dengan tarif paling atas di lembaga pendidikan mereka setara guru besar/profesor, tetapi tetap masih di bawah tarif saya pribadi.

Senarai tarif mulai saya susun berdasarkan pengalaman yang telah saya jalani sebagai penulis dan editor profesional sejak tahun 1994 dan sebagai pelatih atau pembelajar sejak tahun 2000. Sebagai pelatih, saya sudah mengisi berbagai kegiatan penulisan dan penerbitan hampir di seluruh Indonesia dan pernah pula mengisi kegiatan sebagai narasumber di Malaysia. Basis perhitungan dengan waktu per jam mulai saya gunakan ketika berperan sebagai narasumber/pembicara/pelatih.

Perlunya Senarai Tarif

Ada banyak kegunaan senarai tarif, terutama sebagai kejelasan patokan bagi klien, baik perseorangan maupun lembaga yang hendak menggunakan jasa kita atau hendak mengundang kita. Memang sangatlah berbeda tarif di dunia hiburan (entertainment) dan seperti dunia saya, dunia penulisan plus penerbitan. Seorang pewara (MC) atau komedian sangat mungkin bertarif Rp50 juta untuk satu sesi acara, bahkan per jam.

Begitu pula para motivator. Namun, seorang pelatih penulis masih jauh dari tarif segitu. Siapa pula yang mau membayar tinggi untuk pelatihan menulis?

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan saya pun menyimpulkan bahwa masih sulit bagi masyarakat Indonesia menerima bahwa keterampilan dan kemahiran menulis itu “mahal”. Maka dari itu, pelatihan menulis dengan biaya jutaan dianggap terlalu “mahal”, bahkan “kurang masuk akal”. Itu pula mengapa profesi penulis dan editor dari satu sisi dianggap keren, dan dari sisi lain dianggap kurang menjanjikan–jangan dicampur dengan konteks penulis best seller yang jumlahnya tak banyak.

Senarai tarif bagi saya menjadi penegas profesi, terutama untuk membedakan antara yang pemula (amatir) dan profesional. Ia juga menjadi bentuk penghargaan terhadap diri sendiri sehingga jelas menunjukkan juga penghargaan terhadap kompetensi seseorang, termasuk menghargai betapa banyak waktu dan biaya yang telah dikeluarkan untuk suatu kompetensi.

Senarai tarif yang jelas juga menjadi pengingat bagi para klien untuk memulai komunikasi yang baik. Beberapa kali saya menerima undangan menjadi narasumber dan pembicara dengan ketidakjelasan. Ketidakjelasan apakah ini pro bono (alias tidak berbayar) atau berbayar. Pro bono itu lengkapnya pro bono publico bermakna ‘untuk kebaikan umum’.

Banyak narasumber/pembicara, termasuk saya, yang tidak berkeberatan dengan konteks pro bono jika memang untuk kepentingan pendidikan dan kegiatannya juga tidak berbayar. Namun, bukan karena mentang-mentang pro bono, narasumber malah “tidak diurus” pas kegiatan, apalagi dalam kegiatan di tempat (onsite) dan narasumber harus datang jauh-jauh menggunakan biaya transportasi.

Konteks lain ketidakjelasan juga terjadi ketika saya diundang, tetapi tidak ada pembicaraan di awal soal tarif atau berapa saya akan dibayar dan tidak ada pula pembicaraan kapan saya akan dibayar. Begitu selesai kegiatan, narahubung pun tidak mengucapkan apa-apa dan saya harus menunggu beberapa lama lalu menagih-nagih.

Itu mengapa saya kemudian mengeluarkan senarai tarif ini untuk mencegah ketidakjelasan dan kesungkanan. Sebelumnya, pada setiap rencana kegiatan antara saya dan klien menggunakan komunikasi via telepon atau WA. Biasanya kemudian terjadi negosiasi. Dengan senarai tarif ini, calon klien dapat menimbang-nimbang sebelum berkomunikasi lebih lanjut.

Beberapa Pertimbangan

Ada beberapa ketentuan yang perlu dijelaskan di senarai tarif, misalnya dalam konteks undangan sebagai pelatih atau pembicara suatu kegiatan:

  1. Soal biaya akomodasi dan transportasi. Saya selalu memisahkan antara honor/tarif pembicara/pelatih dan akomodasi/transportasi. Sampaikan hal ini di dalam senarai tarif.
  2. Soal durasi. Durasi yang singkat, seperti 1-2 jam untuk kegiatan di luar kota, apalagi sudah menggunakan transportasi pesawat atau kereta api, perlu dipertimbangkan. Waktu saya untuk pergi dan pulang terkadang lebih lama daripada waktu mengisi kegiatan. Karena itu, saya sangat mempertimbangkan minimal jam mengisi kegiatan dan juga mempertimbangkan jumlah narasumber pada suatu kegiatan.

Dalam konteks jasa penulisan dan penerbitan yang pasti harus dipertimbangan penulis/editor adalah tenggat (deadline) dan kuantitas (jumlah halaman) yang dikerjakan. Semakin cepat calon klien meminta, semakin tinggi tarif yang dikenakan. Saya sering menyampaikan keluaran normal seorang penulis, yakni 3-7 halaman per jam tanpa distraksi. Kalau ia menulis sehari itu selama enam jam, keluarannya adalah 36-42 halaman per hari. Namun, itu hitung-hitungan di atas kertas yang mungkin berbeda pada praktik aslinya.

Bagikan informasi ini. 

Artikel lainnya