Swasunting atau self-editing termasuk bagian dari proses menulis pada tahap akhir sebelum naskah dikirimkan ke penerbit. Disebut swasunting karena yang menyunting adalah engkau sendiri sebagai penulis.
Loh, kok penulis disuruh menyunting sendiri? Bukankah ada editor di penerbit?
Itu yang namanya sebelum “naskah ditolak, penulis bertindak”. Penulis harus mencegah naskahnya mendapat penilaian buruk dari editor karena terlalu banyake kesalahan, bahkan kesalahan yang mendasar.
Swasunting menjadi senjata yang digunakan penulis untuk mematut naskah sehingga ia menjadi tampak layak di mata editor. Kalau diibaratkan di perguruan tinggi, mahasiswa mematut skripsi atau karya tulis ilmiahnya agar tampak layak di mata dosen pembimbing atau pengampu mata kuliah. Maka dari itu, swasunting dapat membuat dosen pembimbing tersenyum, puas dengan hasil kerja sang mahasiswa.
Namun, sayangnya kompetensi menyunting naskah seperti mata rantai yang hilang dalam pembelajaran sejak sekolah dasar hingga perguruan tinggi, terutama dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Banyak siswa yang tidak dikenalkan dengan proses swasunting setelah ia menulis draf naskah.
Pendidikan atau guru-guru kita masih banyak yang berorientasi pada produk tulisan itu sendiri, bukan pada prosesnya. Jadi, ketika hasil tulisan itu belepotan, mungkin karena siswa tidak pernah diajarkan bagaimana menyunting tulisannya sendiri.
Jika kemudian Fasilkom UI kembali mengadakan Writing Clinic Workshop Mahir Swasunting Karya Tulis Ilmiah, hal itu merupakan terobosan demi meningkatkan kapasitas mahasiswa dan dosen dalam menyunting naskah, terutama terkait dengan kesalahan-kesalahan mendasar di dalam tulisan. Karena itu, Institut Penprin kembali hadir membersamai Writing Clinic Workhsop di Fasilkom UI.
Kegiatan itu merupakan kali kedua diselenggarakan. Sebelumnya Institut Penprin juga memberikan materi yang sama pada tahun 2023 lalu. Saya sendiri akan hadir sebagai tutor utama dalam kegiatan tersebut untuk mengenalkan satu keterampilan yang disebut penyuntingan mekanis dan termasuk yang populer, yaitu penyuntingan bahasa.
Materi apa saja yang akan disampaikan oleh Institut Penprin?
- Standar Proses Penulisan KTI;
- Swasunting dan Variabel Mutu KTI;
- Gaya Selingkung APA 7;
- Swasunting Legalitas;
- Swasunting Bahasa; dan
- Swasunting Substansi.
Tentu saja workshop itu akan diselingi dengan praktik dan pembahasan hasil praktik. Kabarnya bimtek swasunting akan diikuti oleh mahasiswa S-1, mahasiswa pascasarjana, dan dosen Fasilkom UI selama dua hari.
Institut Penprin senang dan bangga dapat berbagi kembali soal swasunting yang memang langka dikuasai oleh para penulis di Indonesia, termasuk para mahasiswa yang setiap waktu berkelindan dengan tugas karya tulis ilmiah.
Ingin melaksanakan lokakarya serupa di kampus Anda? Kontak admin Penprin saja.