The Chicago Manual of Style (CMOS) ke-17 memberi petunjuk bagaimana menyusun nama Pramoedya Ananto Toer di dalam bibliografi. Susunan yang tepat dalam bibliografi dan indeks, yaitu
Pramoedya Ananta Toer bukan Toer, Pramoedya Ananta.
Pram menggunakan nama samaran dengan menyingkat nama ayahnya, Mastoer, menjadi Toer saja. Karena itu, walaupun sepintas seperti menggunakan nama keluarga, nama lengkap Pram ditulis tanpa pembalikan nama.
Namun, berbeda halnya dengan nama berikut:
Mohammad Hatta menjadi Hatta, Mohammad
B. J. Habibie menjadi Habibie, B. J.
Artinya, nama-nama orang Indonesia di dalam penyusunan bibliografi ada yang dibalik dan ada yang tidak perlu dibalik berdasarkan Gaya CMOS ke-17. Nama orang Indonesia yang menggunakan nama Arab dan nama keluarga, termasuk marga, penulisannya dibalik di dalam bibliografi.
Soal itu sepengalaman saya sempat menjadi ketentuan dalam penyusunan bibliografi yang disusun oleh Perpustakaan Nasional RI bahwa nama orang Indonesia penulisannya tidak dibalik, tetapi tidak ada pengecualian untuk nama yang menggunakan nama ayah atau marga.
Di sisi lain, pedoman seperti EYD V dari Badang Pengembangan dan Pembinaan Bahasa tidak detail membahas persoalan tersebut.
Perhatikan contoh berikut ini.
Bambang Trimansyah. Pelik-Pelik Monografi: Pemandu Penulisan dan Penerbitan.
Cimahi: Penulis Profesional Indonesia, 2024.
Jadi, tidak ditulis seperti ini.
Trimansyah, Bambang. Pelik-Pelik Monografi: Pemandu Penulisan dan Penerbitan.
Cimahi: Penulis Profesional Indonesia, 2024.
Nama saya yang terdiri atas dua kata semuanya merupakan nama pemberian (given name), tidak mengandung nama keluarga, seperti menggunakan nama ayah. Karena itu, nama saya di dalam bibliografi tidak perlu dibalik.
Bandingkan dengan nama keluarga Munaf berikut ini:
Fariz Rustam Munaf
Sherina Munaf
Triawan Munaf
Dalam penyusunan bibliografi kecenderungan mereka, orang Indonesia yang menggunakan nama keluarga maka namanya dibalik. Begitu pula nama seperti Jos Daniel Parera dan Frans M. Parera, dalam penyusunan bibliografi ditulis menjadi
Parera, Jos Daniel
Parera, Frans M.
Ketetapan penulisan nama diri semacam itu menyiratkan ketidakkonsistenan, tetapi beberapa nama dari negara atau bangsa lain juga penulisannya tidak konsisten di bibliografi. Sebagai contoh, nama orang Cina tradisional yang tidak dipengaruhi oleh nama Barat, penulisannya tidak dibalik. Silakan bandingkan contoh berikut:
Mao Zedong ditulis Mao Zedong
Deng Xiaoping ditulis Deng Xiaoping
Jacky Chan ditulis Chan, Jacky
Chow Yun-fat ditulis Yun-fat, Chow
Nama penulis orang Indonesia yang menggunakan nama Cina seperti The Liang Gie tentu tidak dibalik penulisannya menjadi Gie, The Liang.
Jadi, acuan utama adalah penggunaan nama keluarga di dalam penyusunan bibliografi sehingga engkau akan melihat ada nama pencipta yang dibalik dan ada yang tidak dibalik. Namun, selama ini kita menggunakan yang paling mudah dan paling umum, semua nama orang Indonesia dibalik. Saya pun sempat begitu.
Beberapa nama dari bangsa lain, terutama orang Asia, juga seperti itu, seperti nama Jepang, nama Korea, nama Thailand, dan nama Vietnam. Adanya pengaruh Barat—menempatkan nama keluarga di akhir nama pemberian—membuat nama itu dapat dibalik penulisannya.
Nah, setelah insaf dan memahaminya maka mulai sekarang saya akan menyusun seperti itu. Hanya ada kekhawatiran tidak berterima karena beberapa penerbit atau lembaga publikasi masih menganut sistem pembalikan nama tanpa kecuali. Otoritas penerbitan seperti Pusat Perbukuan di Kemendikbudristek sudah selayaknya mengatur persoalan tersebut.