Podomoro, Eh Pomodoro: Strategi Taktis Menyelesaikan Naskah Buku

Sewaktu mengisi kelas Bookcamp Airlangga di Unair, ada satu sesi bernama pomodoro. Sekilas membaca seperti podomoro dalam bahasa Jawa. Ternyata ini teknik produktif untuk menulis buku.

Mungkin engkau akrab dengan kata podomoro. Ya, pasti ingatnya pengembang perumahan mewah yang terkenal itu. Namun, itu bahasa Jawa yang bermakna ‘bersama-sama’ atau ‘berdatangan’. Jika engkau mendengar ada teknik meningkatkan produktivitas, itu bukan podomoro, melainkan pomodoro.

Pomodoro merupakan kata dari bahasa Italia yang bermakna ‘tomat’. Teknik Pomodoro adalah metode manajemen waktu yang dikembangkan oleh Francesco Cirillo pada akhir 1980-an. Teknik itu bertujuan meningkatkan fokus dan produktivitas dengan cara membagi waktu kerja menjadi sesi-sesi yang singkat dan terstruktur lalu yang penting diikuti dengan waktu istirahat.

Cirillo menggunakan pengukur waktu (timer) yang sering digunakan di dapur. Timer itu berbentuk tomat merah sehingga kemudian teknik itu dikenal dengan nama Teknik Pomodoro. Kalau sekarang, tentu engkau dapat menggunakan timer di ponsel sebagai pengganti pomodoro.

Biasanya, durasi sesi kerja berlangsung selama 25 menit, yang disebut satu “pomodoro”, diikuti dengan istirahat pendek selama 5-10 menit. Setelah empat sesi Pomodoro (sekitar 100 menit), engkau dapat mengambil istirahat lebih panjang, biasanya 15–30 menit.

Taktis Menulis Buku dengan Pomodoro

Kira-kira teknik pomodoro itu dapat diterapkan nggak ya dalam penulisan buku? Rasa-rasanya sih ok. Mari kita bedah bersama.

Menulis buku itu bagi banyak orang masih merupakan kesulitan besar, bahkan jika dikaitkan dengan waktu. Saya biasanya memberi resep mencicil tulisan dengan alokasi waktu tertentu setiap hari.

Misalnya, saya memulai menulis buku pada pukul 05.00 setiap pagi lalu berhenti pada pukul 07.00 atau 08.00. Jadi, agak panjang durasi menulisnya. Paling singkat 60 menit atau 1 jam dan paling lama 3-4 jam.

Dengan Teknik Pomodoro, waktu menulis buku dapat dibuat menjadi sesi singkat dengan syarat berikut ini.

  1. Engkau harus menetapkan terlebih dahulu jenis buku yang hendak ditulis dan topik yang hendak diuraikan, termasuk kerangka penulisan buku.
  2. Engkau harus memecah satu bab buku menjadi beberapa subbab. Subbab itu akan menjadi fokus penulisan melalui sesi pomodoro.

Jadi, syarat utama menggunakan Teknik Podomoro untuk menulis buku ialah memastikan dulu pramenulis atau prewriting diselesaikan. Jenis buku sudah ditentukan; judul kerja sudah dibuat; kerangka penulisan sudah tersedia; tinggal memasuki proses drafting (put your idea down to paper).

Berikut ini cara menerapkan taktis menulis dengan Teknik Podomoro.

  1. Tetapkan Tujuan yang Jelas: Sebelum memulai sesi Pomodoro, tentukan apa yang ingin engkau capai dalam 25 menit. Misalnya, engkau menetapkan tujuan menulis satu subbab atau tiga halaman naskah. Satu halaman naskah A4 dengan fon 12 pt dan 1,5 spasi dapat menghasilkan 300-325 kata. Jadi, produktivitas engkau selama 25 menit adalah 3 x 325 kata.
  2. Fokus Penuh Tanpa Distraksi: Selama Pomodoro, pastikan engkau benar-benar berfokus hanya pada menulis, tanpa gangguan eksternal. Bisukan ponsel dan nonaktifkan media sosial sehingga engkau dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk berkonsentrasi.
  3. Rehat Sejenak untuk Menjaga Energi: Setiap sesi Pomodoro berakhir, engkau punya waktu 5 menit untuk beristirahat. Manfaatkan kesempatan itu untuk berdiri, berjalan-jalan sebentar, atau bahkan meregangkan tubuh. Dengan menjaga tubuh engkau tetap aktif, engkau dapat menghindari kelelahan mental dan fisik.
  4. Manfaatkan Waktu Istirahat yang Lebih Lama: Setelah empat sesi Pomodoro, engkau dapat mengambil waktu istirahat lebih lama, sekira 15-30 menit. Manfaatkan waktu ini untuk menemukan inspirasi baru.
  5. Bersikap Fleksibel: Meskipun Pomodoro menetapkan waktu yang jelas, engkau tetap dapat menyesuaikan durasinya jika perlu. Kadang-kadang menulis justru membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengembangkan ide, atau engkau mungkin merasa lebih produktif dalam sesi yang lebih panjang. Fleksibilitas tetap penting agar metode ini dapat benar-benar mendukung proses menulis buku.

Tantangan Menjalani Pomodoro

Boleh jadi engkau menemukan tantangan dalam menggunakan teknik Podomoro saat menulis buku sehingga diperlukan fleksibilitas dan penyesuaian.

  • Kesulitan Berhenti Setiap 25 Menit: Menulis, terutama saat ide mengalir deras sulit dihentikan tiba-tiba. Engkau mungkin perlu menyesuaikan sedikit durasi Pomodoro jika merasa sedang dalam kondisi on dalam menulis.
  • Menyesuaikan Rutinitas: Tidak semua orang nyaman dengan ritme Pomodoro pada awal. Karena itu, dibutuhkan beberapa percobaan untuk menemukan waktu yang tepat dan menyesuaikan metode ini dengan gaya kerja engkau.

Pomodoro untuk Sesi Konsultasi

Sesi Pomodoro juga disediakan dalam kegiatan Bookcamp Airlangga yang diinisiasi oleh LIPJPHKI Unair. Sesi itu berbentuk konsultasi orang per orang kepada narasumber terkait dengan jenis buku, judul kerja, dan kerangka penulisan. Fokus aktivitas konsultasi adalah mendapatkan pengarahan sekaligus pencerahan tentang rencana buku yang hendak disusun.

Tantangan Pomodoro pada sesi konsultasi itu pada kecukupan waktu. Dalam konteks kegiatan Bookcamp Airlangga karena banyaknya peserta, sesi Pomodoro tidak dapat dilakukan full 25 menit. Jadi, relatif kurang untuk waktu berkonsultasi dan berdiskusi. Namun, ide menggunakan teknik Pomodoro ini dalam pelatihan penulisan buku sangat bagus.

Maka dari itu, ingat-ingat Pomodoro bukan Podomoro.