[Insaf #4] Cerita Data Bukan Deskripsi Data

cerita data storytelling
Halo Penpriners, engkau tahu soal cerita data? Publikasi cerita data menjadi pilihan di antara kepungan mahadata yang meningkahi aktivitas masyarakat modern kini. Sebuah organisasi memang lebih baik mengemas sebuah isu berbasis data ke dalam cerita data. Namun, cerita data harus benar-benar berkisah, bukan malah menjelaskan data panjang kali lebar.

Saya mendapat undangan dari BPKP untuk mengisi sharing session di Library Cafe tentang topik cerita data. Tajuknya agak panjang: “Dari Data dan Cerita: Teknik Menulis Populer Hasil Pengawasan. Kegiatan dilaksanakan pada Rabu, 3 Juli 2024—tepat hari ketika hacker yang membobol data PDN berjanji membagikan kunciannya tanpa bayaran.

Jadi, ada dua hal. Pertama, bagaimana data dapat dikemas sebagai cerita. Kedua, bagaimana cerita data disampaikan secara populer.

Hal pertama yang perlu saya insafkan bahwa engkau harus paham penceritaan data tidak sama dengan penjelasan atau pendeskripsian data. Cerita data harus mengandung elemen cerita yang mengusung konsep menarik, persuasif, dan emosional.

Sebuah publikasi bertajuk Cerita Data Statisik untuk Indonesia: Edisi 2024.03 tentang Pendidikan Berkualitas oleh BPS memuat statistik tentang pengajar yang menggunakan komputer dan internet pada era ditigal—termasuk imbas pandemi COVID-19. Namun, alih-alih menyajikan cerita data, publikasi itu justru menjelaskan data.

Hal kedua yang harus diinsafkan bahwa engkau harus paham bahwa tulisan populer tidak identik dengan tulisan nonbaku atau tulisan gaul habis. Populer di dalam KBBI Daring VI memuat tiga makna. Untuk tulisan paling tepat kita gunakan makna kedua, yaitu sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya; mudah dipahami orang banyak.

Berikut ini visualisasi elemen sebuah data cerita.

Adapun proses menulis data cerita dapat digambarkan dengan lima langkah berikut ini.

Data cerita itu telah menjadi tren publikasi yang dilakukan oleh lembaga pemerintah, korporat, dan juga LSM untuk menyajikan informasi kepada publik dengan tujuan memberi tahu, memahamkan untuk kesadaran (edukasi), dan memengaruhi untuk bertindak. Data cerita boleh dimasukkan ke dalam lingkup penulisan kehumasan (PR writing) atau penulisan bisnis (business writing).

Impak data cerita bagi organisasi atau lembaga ialah dapat mengukuhkan identitas, citra, dan reputasi organisasi. Publikasi data cerita dapat berupa laporan ringkas atau sebuah buku.

Bagaimana, engkau tertarik mendalami serba-serbi cerita data?

Bagikan informasi ini. 

Artikel lainnya